Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali pondok-pondok pesantren yang tersebar di seluruh wilayahnya khususnya di Pulau Jawa. Pondok Pesantren sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah lembaga pendidikan khususnya untuk agama Islam yang telah mengakar di Negara Indonesia. Jadi bila anda belajar di sebuah pondok pesantren, maka anda akan mendapat ilmu agama sekaligus juga ilmu dunia.

Di Indonesia, awal mula berdirinya pesantren adalah dengan diawali oleh masuknya ajaran islam ke tanah Indonesia yang dibawa oleh para wali, da’I, dan mubaligh yang berasal dari luar negeri. Alam mulanya pondok pesantren adalah sebuah wadah pendidikan yang memiliki sistem dan kurikulum yang sangat baik. Sudah dijelaskan di atas bahwa pesantren tidak hanya mempelajari masalah ukhrawi saja, melainkan mengajarkan masalah-masalah atau ilmu-ilmu duniawi juga. Namun, karena berdiri dengan nama pondok pesantren, kadag banyak orang yang salah dalam mengartikannya.

Banyak orang yang memberikan pendapat bahwa pesantren itu kuno, radikal, dan lain sebagaiknya. Akan tetapi pendapat-pendapat tersebut telah dipatahkan oleh banyak orang karena ternyata banyak diantara para petinggi di Indonesia ini yang merupakan lulusan dari pondok pesantren. Yang salah satu diantara petinggi tersebut adalah Presiden Alm. Abdurrahman Wahid.
Berikut ini adalah daftar Pondok Pesantren Terbaik yang ada di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren Tebuireng Di Jombang

Pondok Pesantren Tebuireng ini sering dikenal oleh masyarakat karena merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di wilayah Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1899 yang diprakarsai oleh seorang ulama besar yaitu KH, Hasyim Asy’arie. Beliau telah dikenal sebagai sosok ulama yang kharismatik dan juga pendiri organisasi ulama yang terkenal yaiti NU (Nahdlatul Ulama).

Pondok pesantren ini selain mengajarkan tentang pelajaran syari’at Islam, Bahasa Arab dan Agama Islam juga memasukan atau mengajarkan pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pembelajarannya. Sampai sekarang ini, Pondok Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan berbagai macam kontribusi kepada masyarakat Indonesia terutama dalam bidang dunia pendidikan.

Perlu anda tahu juga bahwa KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih sering dikenal dengan nama Gusdur yang dulu pernah menjabat sebagai Presiden RI yang ke empat merupakan santri yang berasal dari pesantren ini. Beliau juga merupakan cucu dari Kyai Hasyim Asy’arie yang merupakan pendiri dari pesantren ini.

Sistem pendidikan yang digunakan pada pesantren ini menggunakan metode sorogan atau yang diartikan sebagai santri membaca sendiri materi pelajaran kitab kuning di depan atau hadapan gurunya.

2.Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri

Pondok Pesantren Lirboyo diprakarsai oleh Kyai Sholeh yang berasal dari Desa Banjar Melati. Kemudian setelah itu, pendiriannya dilanjutkan oleh menantunya yang bernama KH. Abdul Karim yang berasal dari Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1910 yang lokasi tepatnya berada di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.

Berdasarkan sebuah cerita tentang sejarah pondok pesantren tersebut adalah bahwa pondok pesantren ini telah berkembang pesat menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun yang lalu sebelum Negara Republic Indonesia mencapai kemerdekaannya. Pondok pesantren ini dulunya juga sering ikut berperan aktif dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan mengirimkan santri-santrinya pada medan perang. Contoh peristiwa-peristiwa kemerdekaan yang pernah diikutinya adalah peristiwa 10 November 1945.

Pondok Pesantren Lirboyo ini merupakan pusat pendidikan Islam yang memadukan antara tradisi budaya yang mampu mengisi modernisasi dan telah terbukti banyak melahirkan tokoh-tokoh yang saleh dalam bidang agama maupun ilmu social. Sistem pendidikan serta sistem pengajaran pada pondok pesantren ini sering dikenal dengan nama sistem klasikal dan sistem klasik.

3.Pondok Pesantren Sidogiri dari Pasuruan, Jawa Timur

Pondok pesantren Sidogiri merupakan salah satu pesantren terpopuler di Indonesia. Lokasinya berada di Pasuruan, Jawa Timur. Pondok pesantren ini pertama kali didirikan oleh seseorang yang bernama Sayyid Sulaiman yang berasal dari daerah Cirebon, Jawa Barat bersama seorang Kyai Aminullah.

Berita mengenai sejarah pendirian pondok pesantren ini dikaitkan oleh beberapa versi tentang tahun pendiriannya. Ada yang berpendapat bahwa pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1745. Dimana kedua pendiri tersebut mendirikan pondok pesantren untuk dijadikan sebagai patokan dalam merayakan hari jadi mereka.

Pondok pesantren ini juga merupakan pondok pesantren yang paling tua diantara pondok pesantren yang lainnya. Dan salah satu keunikannya adalah pondok pesantren ini sampai sekarang masih eksis dan terus berkembang. Apalagi pada zaman modern seperti sekarang ini, pondok pesantren ini selalu mempertahankan sistem pendidikan salaf murni dengan mengkaji ilmu agama.

Selain itu, pondok pesantren ini juga sangat terkenal karena telah berhasil mandiri secara finansial berkat berbagai macam bisnis yang telah dibangunoleh yayasan pesantren ini. Sebagai contoh usahanya yang berhasil seperti waralaba minimarket yang diberi nama Koperasi Sidogiri, lembaga keuangan yang diberi nama BMT (Baitul Mal wat Tamwil), dan masih banyak lagi usaha-usaha yang lainnya.

Pengurus pondok pesantren ini juga memiliki komitmen dalam mempertahankan sistem pendidikan Madrasah Diniyah (MD) sampai pada tingkat Ma’had atau universitas yang diberi nama Tarbiyatul Mu’alimin

4.PONDOK PESANTREN RAUDLATUTH THOLIBIN REMBANG
Fase Awal
Berdiri pada tahun 1945, pasca masa pendudukan Jepang, pesantren ini semula lebih dikenal dengan nama Pesantren Rembang. Pada awal masa berdirinya menempati lokasi Jl. Mulyo no. 3 Rembang saja namun seiring dengan perkembangan waktu dan berkembangnya jumlah santri,

Pesantren ini mengalami perluasan sampai keadaan seperti sekarang. Tanah yang semula menjadi lokasi pesantren ini adalah tanah milik H. Zaenal Mustofa, ayah dari KH. Bisri Mustofa pendiri Pesantren Rembang. Kegiatan belajar mengajar sempat terhenti beberapa waktu akibat ketidakstabilan kondisi waktu itu yang mengharuskan KH. Bisri Mustofa mengungsi dan berpindah-pindah tempat sampai tahun 1949.

Pesantren ini oleh banyak orang disebut-sebut sebagai kelanjutan dari Pesantren Kasingan yang bubar akibat pendudukan Jepang pada tahun 1943. Pesantren Kasingan pada masa hidup KH. Cholil Kasingan adalah pesantren yang memiliki jumlah santri ratusan orang dan terkenal sebagai pesantren tahassus ‘Ilmu ’Alat. Santri-santri dari berbagai daerah belajar di sini untuk menuntut ilmu-ilmu Alat sebagai ilmu yang dijadikan keahlian khusus macam nahwu (sintaksis Arab), shorof (morfologi Arab), balaghoh (stilistika). Atas usul beberapa santri senior dan mengingat kondisi pada waktu itu pada tahun 1955, Pesantren Rembang diberi nama Raudlatuth Tholibin dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan nama Taman Pelajar Islam. Motto pesantren ini adalah Ta’allama Al-‘Ilm Wa ‘Allamahu Al-Naas (kurang lebih berarti: mempelajari ilmu dan mengajarkannya pada masyarakat).

Metode Belajar Mengajar
Metode pengajaran yang dikembangkan oleh pesantren ini pada awal berdirinya adalah murni salaf (ortodoks). Pengajaran dilakukan dengan cara bandongan (kuliah umum) dan sorogan (privat). Keduanya diampu langsung oleh KH. Bisri Mustofa sendiri. Ketika jumlah santri meningkat dan kesibukan KH. Bisri Mustofa bertambah maka beberapa santri senior yang telah dirasa siap, baik secara keilmuan maupun mental, membantu menyimak sorogan. Pengajian bandongan terjadwal dalam sehari semalam pada masa KH. Bisri Mustofa meliputi pengajian kitab Alfiyyah dan Fath al-Mu’in sehabis maghrib, Tafsir Jalalain setelah jama’ah shubuh, Jam’ul Jawami’ dan …. Pada waktu Dhuha, selain itu KH. Bisri Mustofa melanjutkan tradisi KH. Cholil Kasingan mengadakan pengajian umum untuk masyarakat kampung sekitar pesantren tiap hari Selasa dan Jum’at pagi.

1967, tiga tahun setelah putra sulung KH. Bisri Mustofa, yakni KH. M. Cholil Bisri pulang dari menuntut ilmu, KH. Cholil Bisri mengusulkan kepada ayahnya untuk mengembangkan sistem pengajaran model madrasi dengan kurikulum yang mengacu kepada kurikulum madrasah Mu’allimin Mu’allimat Makkah di samping pengajian bandongan dan sorogan. Usul ini disepakati oleh K.Bisri sehingga didirikanlah Madrasah Raudlatuth Tholibin yang terdiri dari dua jenjang yakni I’dad (kelas persiapan) waktu tempuh 3 tahun dan dilanjutkan dengan Tsanawi (kelas lanjutan) waktu tempuh 2 tahun. Pengajarnya adalah kyai-kyai di sekitar Rembang dan santri-santri senior.

1970, putra kedua beliau yakni KH. A.Mustofa Bisri, sepulang dari menuntut ilmu didesak oleh santri-santri senior untuk membuka kursus percakapan bahasa Arab. Desakan ini dikarenakan KH. Bisri Mustofa dalam banyak kesempatan hanya berkenan ngobrol dengan santri senior dengan menggunakan bahasa Arab. Dengan ijin KH. Bisri Mustofa kursus ini didirikan dengan standar kelulusan ‘kemampuan marah dalam bahasa Arab’. Pada tahun ini pula didirikan Perguruan Tinggi Raudlatuth Tholibin Fakultas Da’wah, namun karena tidak mendapatkan ijin dari pemerintah maka Perguruan Tinggi ini terpaksa ditutup setelah berjalan selama 2 tahun.

Fase Kedua
Sepeninggal KH. Bisri Mustofa, 1977, pengajaran di pesantren diampu oleh ketiga putra beliau. Madrasah tetap berjalan. Pengajian bandongan Alfiyah dan satu judul kitab fiqh yang berganti-ganti sehabis Maghrib diampu oleh KH. Cholil Bisri untuk santri-santri senior serta KH. M. Adib Bisri untuk santri-santri yunior, Tafsir Jalalain setelah Shubuh diampu oleh KH. Mustofa Bisri untuk semua santri, waktu Dhuha KH. Cholil Bisri mengajar Syarah Fath al-Muin dan Jam’ul Jawami’ untuk santri senior. Pengajian hari Selasa diampu oleh KH. Cholil Bisri dengan membacakan Ihya’ Ulumuddin. Pengajian Jum’at diampu oleh KH. Mustofa Bisri dengan membacakan Tafsir Al-Ibriz. Pada saat inilah mulai diterima santri putri.

Madrasah tetap seperti semasa KH. Bisri Mustofa yaitu dimulai sejak pukul 10.00 sampai dengan pukul 13.00. Kurikulumnya mengacu pada Madrasah Mu’allimin Mu’allimat pada masa KH. Cholil bersekolah di sana, dengan beberapa tambahan yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat secara tambal sulam misalnya pernah ditambahkan materi sosiologi untuk Tsanawiyah, materi bahasa Indonesia untuk I’dad, materi bahasa Inggris untuk Tsanawiyah dan lain sebagainya. Pada tahun 2003, atas prakarsa Bisri Adib Hattani putra KH. M. Adib Bisri, dengan seijin KH. Cholil Bisri dan KH. Mustofa Bisri, diadakanlah madrasah yang masuk sore hari untuk santri-santri putra yang menempuh ‘sekolah umum’ pada pagi hari. Madrasah sore ini terdiri dari 5 tingkatan yaitu 2 tingkat I’dad dan 3 tingkat Tsanawiy. Kurikulumnya merupakan perpaduan dari Madrasah Diniyah Nawawiyah (terkenal dengan nama Madrasah Tasikagung) dan Madrasah Raudlatuth Tholibin Pagi. Kelas 3 Tsanawiyah sore beban pelajarannya setara dengan kelas 1 Madrasah Tsanawiyah pagi.

Kondisi Kontemporer
Pada tahun 2004, KH. Cholil Bisri meninggal dunia. Beberapa pengajian yang semula diampu oleh beliau sekarang diampu oleh santri-santri tua. KH. Makin Shoimuri melanjutkan pengajian bandongan ba’da Maghrib dan waktu Dluha. KH. Syarofuddin melanjutkan pengajian bandongan ba’da Shubuh selain membantu mengajar santri yunior selepas Maghrib. Pengajian bandongan santri yunior ba’da Maghrib diampu oleh beberapa orang santri senior yang dianggap sudah mumpuni. Santri senior yang sudah mengajar di madrasah dibimbing oleh KH. Mustofa Bisri dengan pengajian setiap malam selepas Isya’. Kecuali ‘santri pengajar madrasah’ semua santri mulai jam 21.00-23.00 diwajibkan berkumpul di aula-aula untuk nderes (istilah untuk mengulang pelajaran yang sudah diterima) bersama-sama.

Hari Selasa dan Jum’at semua pengajian bandongan diliburkan. Malam Selasa seluruh santri diwajibkan untuk mengikuti munfarijahan dan latihan pidato selepas maghrib. Malam Jum’at selepas maghrib semua santri diwajibkan mengikuti keplok, yaitu membaca hapalan seribu bait Alfiyyah bersama-sama diiringi tepuk tangan. Setelah acara tersebut, sekitar pukul 22.00-23.00 diadakan musyawarah kitab yang diikuti oleh seluruh santri.

Pengajian untuk umum setiap hari Selasa yang semula diampu oleh KH. Cholil Bisri sekarang dilanjutkan oleh putra beliau yaitu KH. Yahya C. Staquf yang khusus diminta pulang dari Jakarta untuk membantu mengurusi pesantren. Pengajian hari Jum’at diampu oleh KH. Mustofa Bisri. Apabila keduanya berhalangan mengajar pada hari-hari tersebut maka KH. Syarofuddin diminta untuk menggantikan mengajar.

Santri yang berjumlah sekitar 700 orang membuat manajemen pengelolaan pun semakin kompleks. Untuk persoalan harian santri dibentuk satu kepengurusan yang terdiri atas santri-santri senior yang sudah magang mengajar. Kepengurusan ini dikoordinatori oleh seorang ketua yang dipilih oleh semua santri setiap dua tahun sekali. Santri-santri pengajar pengajian bandongan menjadi pengawas bagi berlangsungnya proses kepengurusan selama dua tahun sebagai dewan penasehat. Kesemuanya di bawah bimbingan langsung KH. Mustofa Bisri dan KH. Yahya C. Tsaquf yang menggantikan kedudukan ayahnya. Para santri yang mengikuti Pengajian Selasa dan Jum’at pagi biasa disebut dengan nama Jama’ah Seloso-Jemuah pun memiliki kepengurusan tersendiri yang mengurusi bantuan-bantuan kepada anggota jama’ah, ziarah-ziarah, peringatan hari-hari besar Islam dan lain sebagainya yang terkait langsung dengan masyarakat.

5. Pondok Pesantren Al-Anwar Di Sarang

Pondok Pesantren Al-Anwar didirikan oleh KH. Maimun Zubair pada tahun 1967. Pondok pesantren ini lokasinya erada di desa Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Awal mulanya pondok pesantren ini hanyalah sebuah kelompok pengajian yang dilaksanakan atau dilakukan di Mushola saja serta dirintis oleh KH. Ahmad Syuaib serta KH. Zubair Dahlan. Namun pada perkembangannya oleh perintis tersebut didirikan tiga komplek bangunan yang terdiri dari komplek A, B, dan C.

Komplek A selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren AL-Anwar oleh KH. Maimun Zubair yang merupakan puttra dari KH. Zubair Dahlan. Sementara Komplek yang B dikembangkan oleh KH. Abdul Rochim Ahmad menjadi sebuah Pondok Pesantren dengan nama Ma’hadul Ulumus Syar’iyah.

Pendirian dari Pondok Pesantren Al-Anwar ini sebenarnya di latar belakangi oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar pondok pesantren yang umumnya mengandalkan penhasilan sebagai nelayan dengan hasil rendah dan keinginan untuk melanjutkan kegiatan pengajian.

Pondok Pesantren Al-Anwar menerapkan sistem pendidkan salafiyah. Pada sistem ini para santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian Masyayeh atau ustadz, baik dengan penggunaan pendekatan bandongan (bersama-sama) ataupun sorangan atau individual.

6. PONDOK PESANTREN API TEGALREJO MAGELANG

Pondok Pesantren Api Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, merupakan Pondok Pesantren yang berdiri pada tahun 1944 M oleh KH Chudlori, ulama’ kharismatik yang sangat disegani kealimananya dan dibelaian sang guru inilah lahirnya pemimpin, bangsawan, budayawan sebagaimana KH Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4) pernah nyantri di pesantren ini, dan juga hingga saat ini terdapatnya ribuan santri yang mengenyam pendidika di Pondok API Salaf Tegalrejo.

Nama Pesantren Api Tegalrejo ini menunjukkan cikal bakal berdirinya pesantren dan letak geografis pesantren ini berdiri, nama API merupakan singkatan dari Asrama Perguruan Islam, Adapun Tegalrejo merupakan tempat berdirinya pesantren ini, yang berada disebuah desa yang dikenal dengan nama pesantren. sebagaimana pesantren pada umunya, nama tempat berdirinya pesantren tersebut menjadi suatu hal yang mengawali Pribuisasi Islam Pesantren yang mengakar pada Masyarakat Desa.

Pesantren salaf-modern ini merupakan latar belakang dari perjuangan KH Chudlori terhadap jihat li I’lai Kalimatillah dimana pada saat itu kondisi masyarakat tegalrejo tidak tertata akan nilai-nilai rohani dan jauhnya dari nilai-nilai islami dalam prilaku sosial, sehingga membuat rusaknya moralitas masyarakat dan melambungnnya kesyrikan.

Dari sinilah, kalimat jihat Li I’lai Kalimatillah mengawali terbentuknya Pesantren Tegalrejo, nama pesantren ini di ambil setelah KH Chudlori melakukan Istikhoroh dan beberapa pendapat dari para ulama’ lainya untuk menetapkan pundi-pundi agama yang pada masanya berdiri tegak sebuah arsitektur pendidikan Islam Nusantara (Pesantren) API Salaf Tegalrejo.

setelah berdirinya Asrama Pendidikan Islam Tegalrejo, pada mulanya santri di pesantren ini hanya berjumlah delapan Orang, tetapi hal tersebut tidak menghilangkan semangat Jihat Kyai Kholori dalam menyebarkan kalimat Allah SWT, hingga tiga tahun kemudian pesantren Api Tegalrejo jumlah santri bertambah pesat menjadi sekitar 300 santri yang di iringi oleh semangat masyarakat sekitar untuk memondokkan putranya, bermukim dan belajar didalam Pesantren.

hiruk-pikuk perjalan Pesantren Tegalrejo mulai mengalami kendala yang besar sebagaimana pesantren-pesantren tua yang lainya, pada tahun 1948, terjadi agresi meliter Belanda di Indonesia, dan pesantren ini menjadi target dari belanda sehingga menghanguskan bangunan Pesantren menjadi rata oleh tanah dan sejumlah kitab-kitab milik KH Chudlori dibakar oleh pihak Belanda.

walaupun Hancurnya Bangunan Pesantren dan terhagusnya kitab-kitab milik KH Chudlori dalam mengamalkan ilmu kepada santri, hal tersebut tidak mematahkan semangat KH Chudlori dalam memberikan ta’lim kepada santrinya dengan cara berpindak kesuatu tempat yang tidak dikuasai oleh Pihak Belanda, seperti itulah Ilmu tidak akan hilang dan terus bertambah hingga menyatu dengan seorang yang alim menjadi satu kesatuan pondasi kehidupan seorang ulama’.

pada tahun 1949, di saat pasca kemerdekaan NKRI mampu mengusir penjajah di tanah air dan terciptanya kedamaian terhadap masyarakat, KH Chudlori merintis kembali pesnatren tegalrejo dengan tetap memberikan ta’lim kepada santri dan hingga sampai pada tahun 1977 jumlah santri tegalrejo mampu mencapai 1500-an. dan pada tahun 2016 ini dipesantren tegalrejo terdapat ribuan,santri yang belajar dipesantren tegalrejo dan ribuan alumninya menyebar di Nusantara. sebagimana kehadiran Presiden RI Joko Widodo pada mumentum Isro’ Mi’roj pada tanggal 3 mai 2016, yang di hiasi dengan hiburan ala santri dan ketenagan lahir bathin.

7. Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur

Pondok pesantren modern Gontor berdiri pada tanggal 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur. Berdasarkan cerita, pondok pesantren ini didirikan oleh tiga orang kyai yang bersaudara atau lebih dikenal dengan istilah Trimurti. Mereka adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Zarkasy. Ketiga kyai tersebut merupakan putra dari Kyai Santoso Anom Besari. Pondok Pesantren Gontor ini juga sering dikenal karena termasuk pelopor serta innovator bagi pesantren-pesantren modern yang lainnya.

Pondok Pesantren Gontor ini, dulunya bernama Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Akan tetapi, karena terinspirasi dari Sir Syed Ahmad Khan funder Aligarh Muslim University dari India, maka namanya diganti dengan nama Pondok Pesantren Modern Gontor karena telah dilakukan modernisasi pada pendidikan islam.

Penggunaan sistem pendidikan yang dipakai oleh Pondok Pesantren Modern Gontor ini selalu berjalan dengan baik dan sangat sukses. Apalagi karena hal tersebut, sekarang ini banyak pondok-pondok pesantren di Indonesia yang juga menerapkan sistem yang sama dengan yang dipakai oleh Pondok Pesantren Modern Gontor tersebut.

Pondok pesantren ini juga menerapkan tingkat kedisiplinan yang tinggi serta dilakukan pembiasaan untuk mengucapkan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam keseharian santrinya di pondok pesantren. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur.

8. Pondok Pesantren La Tansa di Banten

Pondok pesantren ini terletak di Parakansantri, Cipanas, Lebak, Banten yang didirikan oleh Drs. KH. Ahmad Rifa’I Arief yang juga bertindak sebagai pimpinan pondok pesantren Daar El-Qolam waktu itu.

Pondok pesantren ini areanya seluas ± 13 ha yang sekelilingya dialiri oleh sungai Ciberang dan gunung-gunung serta bukit yang berwarna hijau. Sehingga suasana di wilayah pondok pesantren ini bisa dikatakan terhindar dari berbagai macam polusi udara bahkan polusi budaya dan pergaulan. Karena merupakan tempat tafaqquh fiddien yang sangat nyaman dan sangat rekreatif.

Sistem pendidikan dan pengajarannya digunakan pada pondok pesantren La Tansa ini sangat variatif dan selalu memenuhi hajat umat dalam memberikan prospek yang baik untuk sarana pendidikannya, Pondok Pesantren La Tansa juga memiliki sasaran target bagi siswanya yang menuntut ilmu di pondok pesantren ini bukan hanya warga yang berasal dari wilayah Ponpes La tansa saja melainkan seluruh wilayah Indonesia yang ingin memperdalam ilmu umum sekaligus ingin memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik.

Pondok pesantren ini juga lahir sebagai manifestasi kebutuhan bagi umat terhadap pola dan sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi saat ini, dimana hajat seseorang akan tercipta apabila generasi tidak hanya mengejar nilai-nilai duniawi tetapi juga tidak menghilangkan nilai-nilai ukhrawi yang telah tertanam dalam kehidupan sehari-hari.

9.Pondok Pesantren Langitan di Tuban

Selain Pondok Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan di Tuban juga merupakan pondok pesantren atau lembaga islam yang tertua di Indonesia. Pondok Pesantren ini berdiri pada tahun 1852 dan terletak di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Tuban, Jawa Timur. Luas wilayah komplek pesantren ini mencapai kurang lebih 7 hektar. Pemimpin yang pertama kali memimpin pondok pesantren ini adalah Kyai Abdullah Faqih. Beliau dikenal sebagai seorang ulama yang kharismatik, bahkan sampai para pejabat tinggipun sangat segan dengan beliau.

Pondok pesantren ini merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dahulunya adalah sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Langitan ini yaitu KH. Muhammaf Nur. Dalam perjalanannya beliau mengajarkan ilmu yang dimilikinya serta mengembleng keluarga serta tetangga terdekat untuk meneruskan perjuangan beliau dalam mengusir penjajah dari tanah jawa.

Lokasi pondok pesantren ini berada di sebelah selatan Ibu Kota Kecamatan Widang atau sebelah selatan Ibu Kota Kabupaten Tuban yang juga merupakan perbatasan dengan desa Babat, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan yang berjarak sekitar 1 kilometer. Karena lokasinya yang sangat strategis ini, Pondok Pesantren langitan menjadi sangat mudah bila dijangkau dengan sarana kendaraan umum, baik dengan sarana transportasi kereta api, bus, angkutan umum atau sarana yang lainnya. semantara itu, nama langitan sendiri merupakan nama yang berasal dari perubahan dari kata Panglitan, yang merupakan kombinasi dari kata plang dan wetan. Plang artinya papan nama (jawa) sedangkan wetan (jawa) artinya timur Pulau Jawa.

10.Pondok Pesantren Daar El-Qolam di Banten

Pondok pesantren ini didirikan oleh H. Qasad Mansyur dan Drs. KH. Ahmad Rifai Arief pada tanggan 20 Januari 1968. Lokasi pondok pesantren ini berada di desa Pasir Gintung, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang Banten. Drs. KH. Ahmad Rifai Arief yang merupakan pendiri sekaligus figure bagi pesantren ini pada tanggal 15 Juni 1997 meninggal dunia. Kemudian pondok pesantren ini oleh beliau diamanatkan kepada KH. Adrian Mafatihullah Karim, KH. Drs, Ahmad Syahiduddin dan Hj. Enah Huwaenah.

Pondok Pesantren Daar El-Qolam sediri juga merupakan pesantren modern yang merujuk pada sistem pembelajaran yang berbasis kitab-kitab klasik yang lebih dari suatu tempat pendidikan yang memberikan pendidikan agama maupun pendidikan umum dengan penggunaan metode pembelajaran pendidikan yang sangat modern.

Dalam sejarahnya, Pondok Pesantren Daar El-Qolam memiliki murid sebanyak 22 murid yang datang dari kalangan keluarga, sahabat karib serta masyarakat yang tinggal di sekitar pondok pesantren. Proses pendidikan dan pengajaranna pun juga tidak lepas dari pendidikan agama dan pendidikan umum atau duniawi. Kini dalam perjalanannya yang sudah menginjak 48 tahun, pondok pesantren ini telah menjadi sebuah lembaga pendidikan dengan format pesantren besar serta pendidikan yang modern yang melibatkan lebih dari 370 guru dan 5000 santri.

11.Pondok Pesantren AL Ihya Ulumuddin di Cilacap

Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin didirikan pertama kali oleh KH. Badawi Hanafi pada tanggal 24 November 1925 di wilayah Desa Kesugihan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Pondok Pesantren ini juga sering disebut sebagai Pondok Pesantren Kesugihan. Setelah KH. Badawi Hanafi wafat, pondok pesantren ini diamanatkan kepada putranya yang bernama KH. Chasbulloh Badawi dan KH. Ahmad Mustholih.

Ketika pendirian pondok pesantren ini, desa Kedugihan saat itu masih terisolir dan masyarakat di sekitar pondok masih terdapat tempat yang digunakan sebagai tempat perjudian, adu ayam, bakar kemenyan di area pemakaman warga (petilasan), dan lain-lain. Sejarah kemunculan pondok pesantren ini dulunya dilandasi oleh semangat keagamaan dalam berdakwah yang bertujuan untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ketika zaman penjajahan Belanda ketika itu. Ketika itu, KH. Badawi Hanafi memanfaatkan sebuah mushola peninggalan dari KH. Fadil dalam mengawali perintisan pondok pesantren ini. Mushola atau langgar tersebut dikenal dengan nama “Langgar Dhuwur”.

Pada mulanya ketika tahun 1961, pondok pesantren ini lebih dikenal dengan nama Pesantren Kesugihan. Namun pada tahun 1983 berubah namanya menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumaddin. Perubahan nama tersebut dilakukan oleh putra dari KH. Badawi Hanafi yang bernama KH. Mustolih Badawi. Tujuan perubahan nama tersebut adalah untuk mengenang almarhum ayahnya yang sangat mengagumi karya Imam Al Ghozali dalam Kitabnya yaitu Ihya Ulumaddin tentang pembaharuan Islam.

12.Pondok Pesantren Al fatah di Temboro

Pondok pesantren ini lokasinya berada di Desa temboro, Kecamatan Karas, kabupaten Magetang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Al Fatah ini juga merupakan salah satu pondok pesantren yang saat ini sedang tumbuh dengan pesatnya. Bangunan-bangunan dari pesantren Al Fatah ini bisa dibilang permanen tapi masih sangat sederhana apalagi rumah-rumah bagi para ustadznya.

Yang menjadi kelebihan dari pondok pesantren ini adalah kebersihan lingkungan, kebersihan kamar mandi, serta ketersediaan air bersih yang sangat melimpah. Jadi sangat jarang terjadi adanya tradisi dari para santri seperti korengan, gatal-gatal, kudisan, atau berbagai macam jenis tradisi penyakit yang sering menyerang para santri.

Saat ini, santri yang dimiliki oleh Pesantren al Fatah ini mencapai 12.000 siswa yang terdiri dari santri putra dan santri putri. Apalagi kalau ditambah dengan keluarga para ustadznya mencapai sekitar 18.000 jiwa.

Kawasan sekitar pondok pesantren merupakan area perbukitan yang tandus khas Magetan ketika musim kemarau datang. Apalagi bila aliran sungai dan sawahnya hanya mengandalkan air tadah hujan saja. Karena tidak ada sumber mata air alami di area dekat pesantren.

13.Pondok Pesantren Al Khoirot di Malang

Pondok Pesantren Al Khoirot didirikan oleh KH. Syuhud Zayyadi pada tahun 1963. Bila dilihat dari segi pembangunannya, pondok pesantren ini terbilang masih sangat muda usianya. Pesantren ini lokasinya berada di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur.

Pondok Pesantren Al Khoirot ini memberlakukan sistem pendidikan dengan metode salaf murni. Metode salaf murni artiyna bahwa pengajian menggunakan kitab kuning klasik dengan metode sorogan, bandongan, serta wetonan. Sistem pendidikannya saat ini juga tengah berkembang pesat dan sudah diperkenalkannya pendidikan formal yaitu Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta Madrasah Aliyah (MA). Pendidikan formal tersebut kini statusnya telah diakui oleh pemerintah dan alumni atau lulusannta bisa melanjutkan ke studi sekolah yang lebih tinggi baik sekolah negeri maupun sekolah swasta dalam negeri dan luar negeri.

Pendirian pendidikan formal di Pesantren Al Khoirot telah disambut baik oleh masyarakat sekitarya serta kawasan lain di Indonesia. Keunikan yang dimiliki oleh pendidikan formal tersebut khususnya untuk jenjang MTs dan MA adalah para siswanya telah diwajibkan untuk belajar di pondok pesantren dan tidak boleh belajar di luar pesantren.

14.Pondok Pesantren AL Mukmin di Sukoharjo

Pondok Pesantren Al Mukmin ini didirikan oleh enam orang yang sering dikenal dengan sebutan “enam serangkai”. Enam serangkai tersebut diantaranya adalah Abdullah Sungkar, Yoyok Rosywadi, Abu Bakar Ba’asyir, Abdul Qohar H. Daeng Matase, Abdullah Baradja, dan Hasan Basri. Oleh enam serangkai tersebut, pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1974 di Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo.

Sebelumnya sekitar satu tahun sebelum pondok pesantren ini didirikan, pesantren tersebut hanya merupakan sebuah kelompok pengajian kekeluargaan atau lebih dikenal dengan sebutan Usrah. Kegiatan dakwah yang pertama kali dilakukan adalah melalui sebuah siaran radio non komersial. Sejak awal berdirinya pondok pesantren ini memang menjadi masalah bagi rezim orde baru karena pesantren tersebut telah menentang berbagai usaha orde baru yang menentang perluasan ideology islamisme dengan melancarkan program “Asas Tunggal Pancasila”. Dalam gerakan tersebut banyak para simpatisan yang terlibat aslah satunya adalah simpatisan gerakan Darul Islam pada tahun 1950 an.

Memang sebelumnya, pesantren ini yang semula hanya sebuah pengajian selepas luhur di Masjid Agung Surakarta. Kemudian oleh para da’I dan mubaligh dikembangkan dengan didirikannya sebuah Madrasah Diniyah di Jalan Gading Kidul, Solo.

15. Pondok Pesantren Butet di Cirebon

Pondok Pesantren Butet ini juga merupakan salah satu pondok pesantren tertua yang ada di Indonesia. Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1785 dan merupakan pesantren terkenal serta menjadi pelopor pesantren lain di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Pondok pesantren ini didirikan pertama kali oleh seorang Mufti Besar Kesultaan Cirebon yang bernama Kyai Haji Muqoyyim atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Muqoyyim.

Ketika pertama kalinya Mbah Muqoyyim mendirikan pondok pesantren ini di Desa Bulak, yang letaknya kurang lebih sekitar 0,5 km dari perkampungan warga pesantren yang sekarang. Sebagai bukti bahwa di desa bulak tersebut merupakan pesantren adalah terdapatnya peninggalan Mbah Muqoyyim yang berupa pemakaman santri yang sampai saat ini masih ada.

Mbah Muqoyyim sebagai seorang pendiri pesantren ini memiliki sifat yang sangat baik, diantaranya adalah beliau tidak mau menjalin kekeluargaan dengan Belanda. Beliau juga tidak mau ikut mencampuri urusan internal atau masalah keraton, selain itu beliau lebih memilih untuk tinggal di luar keratin dan mendirikan pesantren. Kemudian beliau menjalani kehidupannya sebagai seorang kyai dan mendirikan masjid lalu sambil memulai mengajarkan agama.

16. Pondok Pesantren Al Khairat di Palu

Pondok Pesantren Al Khairat didirikan pertama kalinya oleh Habib Idrus Bin Salim Al Jufri pada tahun 1963. Pesantren Al Khairat ini merupakan pesantren atau lembaga pendidikan yang sangat populer di wilayah Sulawesi terutama dalam pengajaran agama Islamnya. Pesantren Al Khairat memiliki berbagai yayasan mulai dari jenjang TK, SD dan MI, SMP dan MTs, SMA dan MA, hingga ke jenjang Universitas. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut saat ini berpusat di Palu, Sulawesi dan telah menyebar ke daerah-daerah di sekitarnya. Sehingga hal tersebut menjadikan pesantren ini sebagai pintu gerbang dakwah Islam di Kawasan Timur Nusantara.

Pada pesantren ini juga diajarkan pelajaran kesenian di dalam kurikulumnya. Seperti pelajaran nasyid, jepeng atau samrah dijadikan sebagai penyeimbang pelajaran agama dan umum oleh pengurus Pondok Pesantren Al Khairat. Jadi, tidaklah mengherankan apabila banyak alumni dari Pesantren Al Khairot, Palu ini yang telah menduduki berbagai macam posisi penting dalam pemerintahan dan telah banyak yang menjadi dai’i handal di wilayah Indonesia Timur. Selain bidang kesenian, pesantren ini juga mengajarkan pelajaran olahraga yang membuat pondok pesantren ini menjadi lebih setara dengan lembaga pendidikan yang lainnya.

17. Pondok Pesantren Musthafawiyah di Sumatera Utara

Pondok pesantren ini didirikan oleh Syeikh Musthafa Bin Husein Bin Umar Nasution Al Mandaily pada tanggal 12 November 1912. Pondok Pesantren Musthafawiyah lokasinya berada di Desa Tanobato, Kabupaten Madailing Natal. Pondok pesantren ini juga sering dikenal dengan nama Pondok Pesantren Purba Baru. Karena ketika daerah Tanobato dilanda sebuah banjir yang sangat besar pada tahun 1915, Pondok Pesantren Musthafawiyah dipindahkan ke Desa Purba Baru oleh pendirinya hingga saat ini.

Pondok Pesantren Musthafawiyah memiliki sarana dan prasaran pendidikan formalnya yang lengkap yaitu mulai dari jenjang TK sampai jenjang perguruan tinggi dengan berbagai macam jurusan terbaik di bidang sains dan teknologi. Di pesantren ini pula terdapat ma’had aly serta tahfidz Al-Quran.

Sejarah mengenai sang pendiri pesantren ini adalah beliau belajar ilmu agama selama kurang lebih 13 tahun di Makkah. Beliau meninggal dunia pada bulan November 1955. Untuk selanjutnya pondok pesantren ini berpindah pengasuh kepada anak lelaki yang paling tua yaitu H. Abdullah Musthafa. Kemudian oleh penerus pesantren yang baru, dibangun ruang belajar semi permanen pada tahun 1960 dan bangunan tersebut terus berkembang hingga saat ini.

18. Pondok Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo

Pondok pesantren ini pertama kalinya didirikan oleh KH. Zaini Munim pada tahun 1950. Lokasi pondok pesantren ini berada di Desa Karanganyar, Kecamatan paiton, Kabupaten Probolinggo, Provinsi jawa Timur.

Sejarah berdirinya pondok pesantren ini diawali dengan kedatangan KH. Zaini Munim ke Desa Karanganyar. Padahal kedatangan beliau ke desa tersebut tujuannya tidak mendirikan sebuah pesantren, melainkan mengisolir diri dari kekejaman colonial Belanda. Namun, setelah beliau mendapatkan isyarat dari KH. Hasan Sepuh Genggong, beliau kemudian membuka mata dan akhirnya mendirikan sebuah pondok pesantren di wilayah tersebut. Isyarat dari KH. Hasan Sepuh tersebut awalnya hanya menyuruh KH. Zaini Munim untuk mengambil contoh tanah di Desa Karanganyar. Namun secara tiba-tiba beliau menemukan sarang lebah. Hal tersebut membuat orang-orang di Desa Karanganyar mengisyaratkan kepada beliau untuk menetap dan mendirikan ponpes di sana karena menurut prediksinya akan banyak santri yang berdatangan.

Berdasarkan prediksi dari KH. Hasan Genggong juga bahwa nantinya pondok pesantren tersebut akan menjadi sebuah pondok pesantren yang besar dan kelak santrinya akan melebihi santri KH. Hasan Genggong.

19. Pondok Pesantren Darunnajah di Jakarta

Pondok pesantren ini telah dirintis sejak tahun 1942 dan sebelumnya merupakan lembaga pendidikan Islam swasta. Namun setelah itu didirikan menjadi sebuah pesantren pada tanggal 1 April 1974 oleh KH. Abdul Manaf Mukhayyar bersama dua orang sahabat atau rekannya yaitu KH. Qomaruzzaman dan KH. Mahrus Amin.

Pondok Pesantren darunnajah ini lokasinya berada di Jalan Ulujami Raya Nomor 86, Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Sistem pendidikannya menerapkan sistem kurikulum terpadu, pendidikan berasrama dan pengajaran Bahasa Arab serta Bahasa Inggris secara lebih intensif. Pondok pesantren ini juga di dukung oleh lingkungan pondok pesantren yang asri dan indah. Pondok pesantren Darunjannah ini juga berupaya agar bisa mencetak manusia yang muttafaqoh fiddin untuk menjadi kader pemimpin umat atau bangsa, serta menguayakan agar pendidikan santri yang memiliki jiwa keikhlasan, kemandirian, kesederhanaan, kebebasan berfikir, berperilaku atas dasar Al Quran serta sunnah rasul dan ukhuwah islamiyah dapat tercapai. Selain itu, para santri – santrinya setelah lulus diharapkan dapat meningkatkan taqwa serta beriman kepada Alloh SWT.

20. Pondok Pesantren Rasyidiah Khalidiah Di Kalimantan Selatan

Pondok pesantren ini biasanya disingkat dengan sebutan RAKHA dan didirikan oleh Tuan Guru KH. Abdurrasyid pada tanggal 13 Oktober 1922. Tuan Guru KH. Abdurrasyid sendiri merupakan alumnus tahun 1912-1922 dari universitas terkenal di Kairo yaitu Al Azhar Cairo.

Dulunya, pondok pesantren ini bernama Arabische School dan diawali oleh sebuah rumah sederhana yang berada di Desa pakapuran Amuntai, Kalimantan Selatan. Pondok Pesantren Rasyidiah Khalidiah ini sudah sangat terkenal di wilayah Kalimantan.

Sistem pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh pondok pesantren ini adalah dengan pengupayaan meningkatkan serta menyempurnakan pendidikan di pesantren secara maksimal. Upaya-upaya tersebut telah tercatat dala sejarah perjalanan pondok pesantren ini yang dimulai ketika pendiriannya yang pertama kali yaitu tanun 1941. Sebelumnya sistem pengajaran pada pondok pesantren ini menggunakan sistem pengajian halqah yang dilakukan oleh Tuan Guru H. Abdurrasyid pada tahun 1937.

Kemudian pada tahun 1942 sampai dengan 1978, pondok pesantren Arabische School berkembang menjadi Pondok Pesantren Normal Islam dan selanjutnya menjadi Rasyidiah Khalidiah. Ketika periode tersebut, sistem kepemimpinan diserahkan kepada penerusnya dengan menerapkan materi pelajaran umum dan eksakta serta pembagian tingkatan atau jenjang pendidikan dari MI, MTs, dan MA.

21. Pondok Pesantren darul Ulum di Banyuanyar, Madura

Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH, Itsat Bin Ishaq pada tahun 1987 di Banyuanyar, Madura. Pondok pesantren ini juga merupakan salah satu pesantren yang paling tua di Indonesia. Awalnya pesantren ini didirikan di atas sebidang tanah yang sempit dan gersang. Kemudian oleh masyarakat disebut sebagai “Banyuanyar”. Nama Banyuanyar diambil dari Bahasa jawa yang artinya air baru. Dan penamaan tersebut didasarkan pada penemuan sumber mata air yang cukup melimpah oleh KH. Itsbat yang sampai saat ini tidak pernah surut. Namun, setelah KH. Itsbat wafat, pondok pesantren tersebut diamanahkan agar lokasi pesantren tersebut dikembangkan menjadi sebuah pondok yang representative dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

Sementara nama “Darul Ulum” merupakan sebuah nama yang diambil dan digunakan oleh pengurus pesantren secara formal sejak tahun 1980an. Ketika itu Darul Ulum merupakan sebuah lembaga pendidikan islam baik yang bergerak dibidang pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Nama Darul Ulum sendiri juga dijadikan nama bagi institusi-institusi yang telah banyak dikembangkan oleh pondok pesantren tersebut.

22. SMPIT dan SMAIT Ihsanul Fikri Boarding School di Magelang

Ihsanul Fikri didirikan atas prakarsa Drs. H. Yusuf Asy’ari, M.Si di Magelang, lebih tepatnya berada pada Dsn Pabelan Kecamatan Mungkid. Jika di bandingkan dengan pondok pesantren yang lain maka bisa di katakan pesantren ini memiliki umur yang sangat muda, karena memang baru didirikan pada tahun 2002.

Dengan system boarding school. Sekolah ini mengharuskan seluruh siswa siswinya untuk tinggal di asrama selama masa belajarnya. Seperti pondok pesantren pada umumnya, ilmu keagamaan juga sangat di prioritaskan disini, tanpa mengesampingkan ilmu dunia.

Salah satu Visi Ihsanul Fikri adalah menghasilkan generasi muslim yang bermoral dan juga memiliki wawasan global.

Walaupun sekolahan ini baru berdiri, tetapi prestasi yang diraih pun sudah bisa dibilang sangat bagus, berbagai kejuaraan juga sudah dimenangkan, baik itu tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi.

Mungkin itu saja tentang pondok pesantren terbaik menurut pengamatan kami, jika ada yang mengeluh kenapa pondoknya tidak tercantum di daftar ini, maka silahkan comment di bawah dan bisa kirimkan artikel tentang pondoknya ke imadanjepara@gmail.com .

Salam Santri 😀