Menyiapkan Penyelenggaraan Haji di Bawah Bayang-bayang Corona
Pemerintah Arab Saudi melakukan penghentian sementara jamaah umrah dari negara-negara yang diindikasi terdapat kasus Corona. Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena larangan tersebut sekalipun waktu diumumkannya, belum terdapat pernyataan resmi dari pemerintah bahwa di Indonesia telah tersebar Corona.
Kebijakan tersebut diambil Saudi Arabia sebagai upaya antisipasi penyebaran Corona yang dibawa oleh jamaah umrah yang datang dari seluruh dunia agar tidak menular ke jamaah lain atau ke warga Saudi. Sudah lebih dari 100 ribu jamaah umrah meninggalkan Makkah dan Madinah setelah pengumuman penghentian sementara umrah tersebut.
Penghentian sementara jamaah umrah sampai waktu yang belum ditentukan menimbulkan pertanyaan tentang penyelenggaraan haji yang tinggal empat bulan lagi, yaitu pada Juli-Agustus 2020. Yaitu, sejauh mana kesiapan pemerintah Saudi Arabia dan negara-negara pengirim jamaah mencegah penyebaran Corona selama penyelenggaraan ibadah haji.
Berkumpulnya dua juta lebih jamaah haji di Makkah dapat menimbulkan risiko persebaran virus yang sangat gampang menular tersebut ke seluruh dunia. Pemerintah Saudi telah menyiapkan 25 rumah sakit dan 8000 kasur untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya Corona di negeri kaya minyak ini.
Namun jumlah tersebut jauh dari memadai jika digunakan untuk jamaah haji. Di kawasan Timur Tengah, beberapa negara telah terjangkit Corona. Di Kuwait, terkonfirmasi terdapat 43 orang terkena Corona, di Irak, terdapat 5 kasus, salah satunya seorang pria yang baru melakukan perjalanan dari Iran.
Di Lebanon dilaporkan dua kasus pada individu yang berasal dari Iran, sedangkan di Bahrain, kasus meningkat menjadi 33 orang setelah dilaporkan terdapat tujuh kasus baru. Sebagai upaya pencegahan, Bahrain menghentikan penerbangan langsung dari Irak dan Lebanon.
Ketua PBNU Bidang Kesehatan Syahrizal Syarief menjelaskan perkembangan virus Corona harus dipantau terus dalam satu bulan ke depan untuk menentukan kebijakan penyelenggaraan ibadah haji. China mampu melakukan isolasi seluruh kota sehingga bisa membatasi persebaran virus tersebut. “Cara pengendalian di Iran, Italia, negara Timur Tengah, dan Indonesia tidak sama dengan China.
Kita lihat perkembangan dalam satu bulan ini,” kata Syahrizal yang juga dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini. Sementara itu Anggia Ermarini, anggota DPR RI dari komisi IX yang membidani masalah kesehatan dan kependudukan menjelaskan baik Indonesia maupun Saudi Arabia harus memastikan bahwa keamanan dan keselamatan jamaah merupakan hal yang utama.
Protokol dan prosedur kesehatan yang sudah ada harus ditaati, serta memastikan adanya deteksi dini terhadap kemungkinan adanya kasus di antara para jamaah calon haji. Petugas harus disiapkan secara maksimal baik di Indonesia maupun di Saudi Arabia.
Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Siradj mendorong Kemenag agar membuat rencana haji untuk menghadapi merebaknya virus Corona, baik di tanah air maupun di Saudi. Termasuk dalam hal ini menyiapan skenario terburuk bila ada kebijakan negara Arab Saudi yang memberlakukan situasi yang di luar kebiasaan.
“Intinya, sejak dini jamaah haji bukan saja harus dibekali dngan materi manasik haji, tetapi juga diberikan edukasi menghadapi Corona,” jelasnya. Persoalan mengenai wabah menyakit yang muncul saat musim haji bukanlah hal yang baru. Pada 1821, wabah kolera diperkirakan membunuh sekitar 20.000 ribu jamaah.
Selanjutnya pada 1865, diperkirakan membunuh 15.000 jamaah dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Pada musim haji 2012 dan 2013, muncul virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang menular dari unta ke manusia. Namun, dengan upaya pencegahan yang maksimal, penyelenggaraan haji berlangsung dengan baik.
Menurut WHO, tak ada kasus penyebaran MERS selama berlangsung ibadah haji. Saudi juga melakukan pencegahan penyebaran penyakit dengan melarang masuknya jamaah haji yang berasal dari negara yang terjangkit virus Ebola.
Terkait dengan diumumkannya dua orang Indonesia yang sudah terinfeksi Corona, sekretaris Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama dr Citra Fitri Agustina meminta masyarakat untuk berhati-hati. Menurutnya, kewaspadaan tinggi yang dilakukan masyarakat perlu diapresiasi, namun demikian, bukan berarti harus disikapi secara berlebihan.
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/117441/menyiapkan-penyelenggaraan-haji-di-bawah-bayang-bayang-corona