Haul GusDur ke 10 di Tebuireng dan Ciganjur

RANGKAIN ACARA HAUL GUSDUR KE 10 :
Ribuan Seniman Ishari Meriahkan Haul ke-10 Gus Dur
Penghelatan Haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dimulai dengan penampilan Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia (Ishari) Kabupaten Jombang. Ribuan seniman hadrah dari 20 anak cabang di Jombang memadati Masjid Ulil Albab Tebuireng Kamis (19/12/2019) malam.
“Sekitar hampir 1500-an orang se-Jombang dari 20 anak cabang (kecamatan) di Jombang,” ungkap Ari Setiawan, penanggungjawab penampilan Ishari dalam Haul ke-10 Gus Dur.
Pria asal Lampung itu menjelaskan bahwa acara dimulai dari pukul 21.00-01.35 WIB. Ini merupkan kali ke-4 pelaksanaan Ishari. Yang bermula pada Haul ke-7 2016 lalu.
“Ishari ini se-Kab Jombang, dan ternyata masyarakat antusias dari kabupaten lain ingin berpastisipasi. Semoga tahun depan, bisa dilaksanakan lagi dalam lingkup yang lebih luas lagi, se-Jawa Timur,” tambahnya.
Ia menjelaskan alasan pemilihan Ishari untuk mewarnai rangkaian acara haul karena banyak haul ulama, para wali di Jawa Timur sering diramaikan dengan Ishari. Seni hadrah merupakan salah satu kegiatan pembacaan shalawat khas Nahdhliyin yang diprakarsai berdirinya oleh KH. Wahab Hasbullah.
Kemudian, lanjutnya, acara ini juga menjadi salah satu cara untuk tabarukan (mencari barokah) ke Gus Dur, sebab pada masa ketika jadi presiden, Gus Dur pernah mengundang Ishari untuk shalawatan di ciganjur, kala itu.
“Serta untuk melestarikan tradisi dan budaya warga nahdliyin untuk bersholawat, membaca maulid khas Nahdhliyin,” pungkasnya.
Acara Haul Gus Dur tahun ini dimeriahkan dengan berbagai acara, ada khitanan massal, seminar, khataman Al Quran, penampilan Ishari dan seribu rebana. Malam puncaknya juga akan dimeriahkan oleh dai kondang Gus Baha’ dan sahabat-sahabat Gus Dur.
Peringati Haul ke-10 Gus Dur, 400 Hafidz dan Hafidzah Lakukan Khataman Alquran
Disamping itu juga, Dalam rangka memperingati haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga digelar khatmil Alquran. Khataman Alquran yang diikuti oleh ratusan hafidz dan hafidzah ini berjalan lancar.
Sebanyak 300 hafidz dan 100 hafidzah yang ikut khataman Alquran dalam haul ke-10 Gus Dur ini berasal dari berbagai pondok tahfizd di daerah Jawa Timur. Antara lain dari Kediri, Malang, Lamongan, dan Madura.
Mereka berbondong-bondong, penuh semangat datang mengikuti acara haul ini di Pondok Pesantren Tahfidz Madrasatul Quran Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Salah satu pengurus khataman Alquran dalam haul Gus Dur ini, Ustadz Sulaiman mengatakan, ia merasa bersyukur atas terselenggaranya khatmil Quran yang diikuti ratusan penghafal Alquran.
“Alhamdulillah acara ini bisa diikuti kurang lebih 400 hafidz dan hafidzah dari berbagai daerah di Jawa Timur. Di antaranya para hafidz dari Kediri, Malang, Lamongan, hingga Madura. Setiap orang mendapatkan jatah 10 juz untuk dikhatamkan,” ujarnya, kemarin.
Seperti dilansir website Laduni, Sulaiman menerangkan, meski acara ini dihadiri para hafidz dan hafidzah, namun khatmil Quran tetap dibuka untuk umum. Sebab warga sekitar sangat antusias mengikuti acara tersebut, khususnya di daerah sekitar Jombang.
“Ya walaupun diikuti para hafidz dan hafidzah tentunya kita tidak bisa mengkhususkan acara ini untuk mereka. Apalagi masyarakat sangat antusias ketika mengikuti acara haul Gus Dur, oleh karena itu ya harus dibuka untuk umum,” ujarnya.
Cucu Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. Fahmi Amrullah Hadziq yang akrab disapa Gus Fahmi menghadiri langsung acara penutupan khataman Alquran. Dalam sambutannya, ia menyampaikan terima kasih atas antusiasme peserta serta permohonan maaf atas nama pesantren.
Selain ucapan terima kasih dan permintaan maaf, Gus Fahmi juga berharap kepada masyarakat untuk tetap antusias dalam mengikuti acara haul pada setiap tahunnya, agar mendapat berkah masyayikh Tebuireng, khususnya KH. Hasyim Asyari.
Acara haul ke-10 Gus Dur ini diikuti para hafizd ini dimulai sejak pukul 05.30 Wib hingga pukul 11.00 Wib pada Jumat lalu. Rangkaian acara haul ini dibuka langsung oleh KH. Muhammad Syakir Ridwan, selaku Majelis keluarga Pondok Pesantren Tahfidz Madrasatul Quran Tebuireng (MQ).
Disamping Di Makam Gus Dur di Tebuireng Jombang, Haul GusDur ke 10, juga diperingati dan dilaksanakan di Kediaman Beliau di Ciganjur.
Keluarga Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menggelar haul ke-10 di Masjid Jami Al-Munawaroh, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12). Dalam acara ini diadakan doa bersama untuk almarhum Gus Dur. Putri Gus Dur, Ning Inayah Wahid, menyebut acara tahun ini mencoba mengangkat ketokohan Gus Dur dan kontribusinya kepada kebudayaan di Indonesia.
Semasa hidupnya, Gus Dur kerap kali menjadi tokoh dalam kelompok yang bergerak dalam kebudayaan, misalnya Dewan Kesenian Jakarta.
“Gagasan dan konsep kebudayaan Gus Dur telah menjadi rujukan penting bagi para pemikir dan pelaku budaya. Sehingga menempatkan Gus Dur pula sebagai seorang advokat budaya karena komitmennya membela kebudayaan yang tersingkirkan,” ujar Ning Inayah dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (28/12) malam.
Dia mengatakan, tema yang diangkat juga terinspirasi dan berkaitan langsung dengan perkataan Gus Dur yang menyebut kebudayaan melestarikan kemanusiaan.
Adapun, sejumlah tokoh nasional juga terlihat hadir. Mereka nampak duduk dipanggung di antaranya Menko Polhukam Mahfud MD, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.
Kemudian ada pula, imam besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, mantan Ketua DPR RI Akbar Tandjung, Ahmad Mustofa Bisri atau yang dikenal sebagai Gus Mus, dan cendikiawan Alwi Shihab.
Dalam keterangan resminya, putri Gus Dur, Inayah Wahid mengatakan Haul kali ini berbeda dari Haul sebelumnya yakni mengangkat kebudayaan ala Gus Dur dengan tema ‘Kebudayaan Melestarikan Kemanusiaan’.
Menurutnya, sosok Gus Dur menjadi inspirasi sekaligus pemikirannya masih sangat relevan untuk menjawab permasalahan dan tantangan bangsa Indonesia hari ini.
“Gagasan dan konsep kebudayaan Gus Dur telah menjadi rujukan penting bagi para pemikir dan pelaku budaya. Sehingga menempatkan Gus Dur pula sebagai seorang advokat budaya karena komitmennya membela kebudayaan yang tersingkirkan, “ tutur Inayah Wahid.
Seperti dalam konteks sosial, agama dan politik, keberpihakan Gus Dur terhadap kebudayaan yang termarjinalkan juga memiliki ruang tersendiri, yang juga turut memberi warna dan memperkaya nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan kita.
“Tema ini juga berkaitan langsung dengan quotes Gus Dur yang mengatakan Kebudayaan Melestarikan Kemanusiaan,” tambahnya.
Adapun acara ini sendiri dibagi dalam dua segmen, yaitu Rembug Budaya pada pagi tadi dan puncaknya pada malam hari ini.
Dan yang tak kalah pentingnya, pada acara tersebut telah di launching sebuah wadah/ Komunitas yang dinamakan dengan “Gusdurian Peduli” yang telah dan langsung dilaunching oleh Beliu Ibu Nyai Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, yang awalnya bernama Gusdurian, yang mana Anggotanya terdiri dari semua jama’ah yang sudah dikenal dengan Gusdurian adalah sebutan untuk para murid, pengagum, dan penerus pemikiran dan perjuangan Gus Dur. Para GUSDURian mendalami pemikiran Gus Dur, meneladani karakter dan prinsip nilainya, dan berupaya untuk meneruskan perjuangan yang telah dirintis dan dikembangkan oleh Gus Dur sesuai dengan konteks tantangan zaman. Klik Disini untuk mendalaminya lebih detail lagi apa itu gusdurian.
Acara haul ke-10 Gus Dur rencananya digelar hingga pukul 23:00 WIB dengan berbagai agenda. Mulai dari doa bersama hingga hiburan